Sabtu, 31 Maret 2018

Kuat hijrah gak?

Mengutip dari video yang baru saja aku lihat di salah satu akun media sosial yang aku ikuti.

Ya, berbicara tentang hijrah pasti setiap orang ada caranya masing-masing menemukan titik dimana ia ingin merubah dirinya menjadi lebih baik, menjadi diri yang lebih dekat dengan Tuhannya.

Tidak jauh berbeda denganku, ketika kita mulai menemukan suatu kenyamanan bersama dengan orang-orang yang mampu membawa kita ke jalan yang lebih baik lagi disitu pula timbul suatu keyakinan untuk mengikuti jejak langkahnya.

Namun tidak hanya disitu saja, karna apa? Setelahnya kita akan mendapatkan suatu ujian. Dimana ujian tersebut mampukah membuat kita tetap pada ketaatan kita atau malah membuat kita menyerah begitu saja dan berhenti mengikuti mereka yang sudah melangkah jauh.

Ujian ketika orang-orang terdekat kita, yang awalnya sangat dekat dengan kita ketika kita belum menemukan suatu ketenangan batin, mereka mulai menjauh dan memandang kita tak sama lagi seperti kita yang dulu, dan disitu aku merasakan bagaimana rasanya di jauhi oleh orang terdekatku, tanpa adanya alasan dan ketika aku menyadarinya aku hanya mencoba menjelaskan pada mereka apa yang ingin ku lakukan dan berharap mereka pun mendapatkan apa yang seperti aku dapatkan kala itu.

Kembali lagi pada pertanyaan kuat kah kita pada hijrah yang sudah kita pilih? Apakah hijrahnya kita karna Allah, atau karna seseorang? Terkadang pertanyaan-pertanyaan seperti itu sering muncul dalam pikiranku.

Perjalananku tak selalu mulus, kadang kala iman ini tidak stabil... Astagfirullah, beruntunglah aku memiliki sahabat yang mampu mengingatkanku ketika aku mulai lelah untuk maju...

Tidak peduli apa kata orang, bagaimana pandangan orang, yang terpenting jika kita merasa semua yang kita lakukan melelahkan.

Tanya pada diri kita sendiri, untuk siapa kita ber hijrah? Dan katakan pada diri sendiri untuk terus berjalan di jalan-Nya, jika itu terasa lelah ingat selalu Allah selalu bersama kita para hambanya...

Selasa, 07 Juni 2016

Tugas 4 kmo

Batasi cinta sejak dini

Pandangan pakar psikologi dan islam tentang cinta

Cinta adalah sebuah anugerah yang telah Allah berikan kepada setiap masing-masing umatnya sejak zaman nabi.

Dengan adanya sebuah cinta maka timbullah sebuah rasa ingin melindungi satu sama lan,  namun terkadang dari sebuah cinta pula kita belajar arti sebuah keikhlasan untuk menanti dan melepaskan cinta yang belum menjadi kita.

Berbicara soal cinta, banyak para ahli menjelaskan apa itu cinta? Dan apa cinta menurut  pandangan islam?

Pertama cinta menurut kamus psikologis ( James Drever dalam Harianto) menjelaskan bahwa cinta adalah perasaan khusus yang menyangkut kesenangan menyangkut objek. Sedangkan menurut salah satu pakar psikologis Ashley Montagu, cinta adalah sebuah perasaan memperhatikan, menyayangi, dan menyukai mendalam yang biasanya  disertai dengan rasa  rindu dan hasrat terhadap sang objek.

Dan seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil riset yan cukup membuat orang geleng-geleng kepala. Menurutnya, sebuah hubungan cinta pasti akan mengalami titik jenuh, penyebabnya bukan hanya karena factor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia dalam otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah terkikis.

Rasa cinta yang menggila pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari empat tahun saja. Selebihnya cinta itu akan hilang. Yang tertinggal adalah hanya dorongan seks, dan bukan cinta yang murni lagi. Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta. Hal ini disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak yang berupa hormone dopamine, endorphin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia dan gembira.

Namun seiring dengan berjalannya dinamika kehidupan yang naik-turun, dengan sendirinya hormon-hormon tersebut akan turun.(sumber: www.detik.com Rabu. 09/12/2009 17:45 WIB)

Sedangkan menurut pandangan islam cinta adalah seperti iman, diyakinin dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan tindakan. Karena mencintai merupakan salah satu ciri kita termasuk orang-orang beriman.

Maksud dari diyakini dengan hati adalah cinta bukan datang dari nafsu melainkan cinta datang dari iman di dalam diri kita yang mengedepankan akhlak mulia dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Karena jika cinta kita dilandasi oleh nafsu takkan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman di jiwa dan dalam hubungan pernikahan sekalipun.

Maksud dari diucapkan dengan lisan adalah cinta di ucapkan kepada orang yang kita cintai dan itu termasuk sunnah karena Rasulullah saw. Sendiri menganjurkannya. Namun kembali lagi seperti niatan awal bahwa jangan sembarangan menebarkan rasa cinta kepada siapapun apalagi kepada orang yang belum menjadi mukhrim kita, berikanlah rasa cinta itu kepada yang semestinya seperti kepada Allah swt, Nabi Muhammad saw, kepada seseorang yang sudah menjadi mukhrim kita, dan yang terpenting adalah kepada kedua orang tua kita yang telah membesarkan kita sampai saat ini.

 Dan yang terakhir adalah dibuktikan dengan tindakan maksud dari di buktikan dengan tindakan adalah, Rasulullah saw. Pernah berkata “bahwa jika ada seorang lelaki mencintai seorang perempuan, maka melamarnya untuk dijadikan istri merupakan bentuk dari pembuktian cintanya.”

Dari perkataan Rasulullah tersebut dapat kita simpulkan bahwa jika kita mencintai seseorang maka segera nikahi datang kepada kedua orang tuanya.

Tetapi jika memang kita belum mendapatkan jodoh yang selama ini kita harapkan maka bersabarlah dan terus berikhtiar karena Allah tidak pernah tidur dan Allah selalu mendengarkan do’a setiap umatnya, dan berpuasalah karena dengan berpuasa kita mampu mengendalikan hawa nafsu dan menjaga pandangan kita dari hal-hal yang buruk.

Dari sebuah hadis yang pernah saya baca, bahwasanya dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda : “Wanita dinikahi karena empat hal, yaitu: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dank arena agamanya. Nikahilah wanita karena agamanya, kalau tidak kamu akan celaka.” ( HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Karena itu semua adalah demi menjaga kesucian diri kita dan kesucian dia yang kita cintai.

Cinta secara hakikatnya adalah jika dipandang secara umum yaitu sedia mengorbankan waktu, tenaga, serta harta yang kita miliki untuk sesuatu hal yang kita cintai.

Sedangkan cinta secara hakikat jika di pandang secara syariat islam yaitu mencintai seseorang atas dasar ketaqwaan kita kepada Allah swt, dan dengan mencintai Allah swt maka insyaAllah kamu akan bertemu dengannya dengan cara yang telah Allah tuliskan.

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah untuk dituturkan dari mulut ke mulut, cinta adalah anugerah yang di berikan Allah kepada umatnya, cinta merupakan suatu hal suci yang Allah turunkan untuk kita sebagai umatnya, dan islam sangat menjaga kesucian cinta tersebut sehingga tidak ada istilah “pacaran” dalam islam sekalipun dengan embel-embel “pacaran islami”.

Maka dari itu mulai sekarang cintailah seseorang dengan sekedarnya saja, karena dengan mencintai seseorang dengan sekedarnya tidak akan membuat kamu merasakan kehilangan dirinya ketika kamu di takdirkan untuk berpisah dengannya.

Dan saat kamu merasakan kehilangan oleh seseorang yang kamu cintai akibat mencintainya terlalu dalam kamu akan merasakan sakitnya terjatuh akibat dia yang meninggalkan kamu, mencintai memang mudah, untuk dicintai juga mudah, namun untuk dicintai oleh orang yang kita cintai sulit diperoleh, kembali lagi kita harus bersabar dan bertawakal kepada-Nya.

Sebab harta, tahta, kematian, dan cinta Allah lah yang telah mengatur segalanya.

Boleh jadi seseorang yang saat ini kamu cintai akan menjadi musuhmu dan boleh jadi seseorang yang jauh disana yang kamupun tak tahu siapa dirinya akan menjadi calon makmum atau imammu suatu hari nanti, kuasa Allah tidak pernah ada yang mengetahuinya.

Salah satu cara agar kita memperoleh cinta yang tulus jangan pernah kita menuntut agar kita di cintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan sebuah imbalan apapun, jika kamu hanya mengharapkan imbalan tersebut sampai kapanpun orang tersebut tidak akan mencintaimu dengan tulus dan apa adanya.

Pernah aku membaca sebuah novel dari penulis terkenal dan mataku tertuju pada kalimat.
“Kau bertanya padaku apakah cinta sejati itu?”.
“Hanya ini yang mampu aku jawab, cinta sejati itu adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, semakin tulus melepaskannya. Aku yakin kamu pasti bertanya-tanya mengapa aku dengan mudahnya mengucapkan hal yang seperti itu”
“Ya, karena memang begitu sulitnya bagiku pun begitu. Namun selalu ingatlah pada-Nya, yakinlah pada-Nya, berdoalah pada-Nya, bahwa Dia lah sang penulis cerita terbaik.”

MasyaAllah begitu sempurnanya engkau menciptakan kesucian cinta itu kepada kami, namun kami malah menyalahgunakan cinta suci bersih bagaikan kapas yang tak pernah terkena noda ini, menjadi hitam kotor akibat kelalaian kita dan keserakahan kita sebagai umatmu wahai Allah.
   
Mulailah meluruskan niat kita kembali kejalan-Nya, meminta ampun pada-Nya, dan berserah diri pada-Nya. Karena Allah maha penerima taubat setiap umat-Nya
di linkkan: