Batasi
cinta sejak dini
Pandangan
pakar psikologi dan islam tentang cinta
Cinta adalah sebuah
anugerah yang telah Allah berikan kepada setiap masing-masing umatnya sejak
zaman nabi.
Dengan adanya sebuah
cinta maka timbullah sebuah rasa ingin melindungi satu sama lan, namun terkadang dari sebuah cinta pula kita
belajar arti sebuah keikhlasan untuk menanti dan melepaskan cinta yang belum
menjadi kita.
Berbicara soal cinta,
banyak para ahli menjelaskan apa itu cinta? Dan apa cinta menurut pandangan islam?
Pertama cinta menurut
kamus psikologis ( James Drever dalam Harianto) menjelaskan bahwa cinta adalah
perasaan khusus yang menyangkut kesenangan menyangkut objek. Sedangkan menurut
salah satu pakar psikologis Ashley Montagu, cinta adalah sebuah perasaan memperhatikan,
menyayangi, dan menyukai mendalam yang biasanya
disertai dengan rasa rindu dan
hasrat terhadap sang objek.
Dan seorang peneliti
dari Researchers at National Autonomous
University of Mexico mengungkapkan hasil riset yan cukup membuat orang geleng-geleng
kepala. Menurutnya, sebuah hubungan cinta pasti akan mengalami titik jenuh,
penyebabnya bukan hanya karena factor bosan semata, tapi karena kandungan zat
kimia dalam otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah terkikis.
Rasa cinta yang menggila
pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari empat tahun saja. Selebihnya
cinta itu akan hilang. Yang tertinggal adalah hanya dorongan seks, dan bukan
cinta yang murni lagi. Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh
cinta. Hal ini disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik
di otak yang berupa hormone dopamine, endorphin, feromon, oxytocin,
neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia dan gembira.
Namun seiring dengan
berjalannya dinamika kehidupan yang naik-turun, dengan sendirinya hormon-hormon
tersebut akan turun.(sumber: www.detik.com Rabu. 09/12/2009 17:45 WIB)
Sedangkan menurut
pandangan islam cinta adalah seperti iman, diyakinin dengan hati, diucapkan
dengan lisan, dan dibuktikan dengan tindakan. Karena mencintai merupakan salah
satu ciri kita termasuk orang-orang beriman.
Maksud dari diyakini
dengan hati adalah cinta bukan datang dari nafsu melainkan cinta datang dari
iman di dalam diri kita yang mengedepankan akhlak mulia dan ketaqwaan kita
kepada Allah swt. Karena jika cinta kita dilandasi oleh nafsu takkan
mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman di jiwa dan dalam hubungan pernikahan
sekalipun.
Maksud dari diucapkan
dengan lisan adalah cinta di ucapkan kepada orang yang kita cintai dan itu
termasuk sunnah karena Rasulullah saw. Sendiri menganjurkannya. Namun kembali
lagi seperti niatan awal bahwa jangan sembarangan menebarkan rasa cinta kepada
siapapun apalagi kepada orang yang belum menjadi mukhrim kita, berikanlah rasa
cinta itu kepada yang semestinya seperti kepada Allah swt, Nabi Muhammad saw,
kepada seseorang yang sudah menjadi mukhrim kita, dan yang terpenting adalah
kepada kedua orang tua kita yang telah membesarkan kita sampai saat ini.
Dan yang terakhir adalah dibuktikan dengan
tindakan maksud dari di buktikan dengan tindakan adalah, Rasulullah saw. Pernah
berkata “bahwa jika ada seorang lelaki
mencintai seorang perempuan, maka melamarnya untuk dijadikan istri merupakan
bentuk dari pembuktian cintanya.”
Dari perkataan
Rasulullah tersebut dapat kita simpulkan bahwa jika kita mencintai seseorang
maka segera nikahi datang kepada kedua orang tuanya.
Tetapi jika memang kita
belum mendapatkan jodoh yang selama ini kita harapkan maka bersabarlah dan
terus berikhtiar karena Allah tidak pernah tidur dan Allah selalu mendengarkan
do’a setiap umatnya, dan berpuasalah karena dengan berpuasa kita mampu
mengendalikan hawa nafsu dan menjaga pandangan kita dari hal-hal yang buruk.
Dari sebuah hadis yang
pernah saya baca, bahwasanya dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Muhammad saw,
beliau bersabda : “Wanita dinikahi karena
empat hal, yaitu: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dank arena
agamanya. Nikahilah wanita karena agamanya, kalau tidak kamu akan celaka.” (
HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Karena itu semua adalah
demi menjaga kesucian diri kita dan kesucian dia yang kita cintai.
Cinta secara hakikatnya
adalah jika dipandang secara umum yaitu sedia mengorbankan waktu, tenaga, serta
harta yang kita miliki untuk sesuatu hal yang kita cintai.
Sedangkan cinta secara
hakikat jika di pandang secara syariat islam yaitu mencintai seseorang atas
dasar ketaqwaan kita kepada Allah swt, dan dengan mencintai Allah swt maka
insyaAllah kamu akan bertemu dengannya dengan cara yang telah Allah tuliskan.
Cinta bukanlah kata
murah dan lumrah untuk dituturkan dari mulut ke mulut, cinta adalah anugerah
yang di berikan Allah kepada umatnya, cinta merupakan suatu hal suci yang Allah
turunkan untuk kita sebagai umatnya, dan islam sangat menjaga kesucian cinta
tersebut sehingga tidak ada istilah “pacaran” dalam islam sekalipun dengan
embel-embel “pacaran islami”.
Maka dari itu mulai
sekarang cintailah seseorang dengan sekedarnya saja, karena dengan mencintai
seseorang dengan sekedarnya tidak akan membuat kamu merasakan kehilangan
dirinya ketika kamu di takdirkan untuk berpisah dengannya.
Dan saat kamu merasakan
kehilangan oleh seseorang yang kamu cintai akibat mencintainya terlalu dalam
kamu akan merasakan sakitnya terjatuh akibat dia yang meninggalkan kamu,
mencintai memang mudah, untuk dicintai juga mudah, namun untuk dicintai oleh
orang yang kita cintai sulit diperoleh, kembali lagi kita harus bersabar dan
bertawakal kepada-Nya.
Sebab harta, tahta,
kematian, dan cinta Allah lah yang telah mengatur segalanya.
Boleh jadi seseorang
yang saat ini kamu cintai akan menjadi musuhmu dan boleh jadi seseorang yang
jauh disana yang kamupun tak tahu siapa dirinya akan menjadi calon makmum atau
imammu suatu hari nanti, kuasa Allah tidak pernah ada yang mengetahuinya.
Salah satu cara agar
kita memperoleh cinta yang tulus jangan pernah kita menuntut agar kita di
cintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa
mengharapkan sebuah imbalan apapun, jika kamu hanya mengharapkan imbalan
tersebut sampai kapanpun orang tersebut tidak akan mencintaimu dengan tulus dan
apa adanya.
Pernah aku membaca
sebuah novel dari penulis terkenal dan mataku tertuju pada kalimat.
“Kau bertanya padaku
apakah cinta sejati itu?”.
“Hanya ini yang mampu
aku jawab, cinta sejati itu adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu,
semakin tulus melepaskannya. Aku yakin kamu pasti bertanya-tanya mengapa aku
dengan mudahnya mengucapkan hal yang seperti itu”
“Ya, karena memang
begitu sulitnya bagiku pun begitu. Namun selalu ingatlah pada-Nya, yakinlah
pada-Nya, berdoalah pada-Nya, bahwa Dia lah sang penulis cerita terbaik.”
MasyaAllah begitu
sempurnanya engkau menciptakan kesucian cinta itu kepada kami, namun kami malah
menyalahgunakan cinta suci bersih bagaikan kapas yang tak pernah terkena noda
ini, menjadi hitam kotor akibat kelalaian kita dan keserakahan kita sebagai
umatmu wahai Allah.
Mulailah
meluruskan niat kita kembali kejalan-Nya, meminta ampun pada-Nya, dan berserah
diri pada-Nya. Karena Allah maha penerima taubat setiap umat-Nya
di linkkan: